MENJADI KARTINI MODERN: HABIS KULIAH TERBITLAH ENTREPRENEUR

Bila kita bicara tentang Kartini, siapakah tokoh yang terlintas dalam pikiranmu? Apakah ibumu? Atau gurumu? Atau mungkin sosok wanita lainnya yang menginspirasi kamu.

BINUS UNIVERSITY juga memiliki kartini modern yang bisa menginspirasi BINUSIAN. Yustina Ismi Rahmawati merupakan salah satu alumni BINUS UNIVERSITY dari Program Studi Manajemen. Sosok yang akrab dipanggil Ismi ini merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dan dia merupakan anak perempuan satu-satunya dikeluarganya. Menjalani peran seorang kakak sekaligus bisa menjadi teladan bagi kedua adiknya tentu bukan perkara yang mudah.

Ismi ingin bisa menjadi standar kesuksesan bagi adik-adiknya. Namun di sisi lain, sebagai anak perempuan satu-satunya, banyak hal yang ingin Ismi lakukan tetapi tidak mendapat persetujuan dari orang tuanya. Berawal dari keinginan untuk berlibur bersama temannya, Ismi mulai menabung rutin setiap bulan dari uang jajan yang dia dapatkan. Setelah lulus kuliah, Ismi merasa tabungannya tidak bergerak sesuai harapannya. Hal inilah yang menjadi awal pemikiran Ismi untuk tidak menjadi wanita yang biasa-biasa saja.

“Saat itulah aku mulai berpikir. Ini uang yang aku punya harus diapakan ya? Supaya bisa bertambah dan berputar.” Ujar Ismi. Berangkat dari pertanyaan tersebut, Ismipun bercerita kepada temannya dan akhirnya mereka mencetuskan untuk mulai berbisnis dengan modal usaha tabungan yang mereka miliki.

Hal inipun tidak berjalan mulus seperti yang diharapkannya. Ismi tidak mendapat dukungan dari keluarga. “Orang tuaku tidak setuju dengan ide aku berbisnis. Katanya tidak jelas buka usaha begitu, lebih baik kerja kantoran saja.” Tandasnya. Ismi pun berusaha meyakinkan kedua orang tuanya dan meminta kesempatan untuk dapat menjalankan bisnis ini. Apabila gagal, Ismi bersedia untuk mengikuti keinginan kedua orang tuanya untuk kerja kantoran.

Dengan tekat yang bulat, Ismi dan rekannya pun mulai membuka usaha kue cubit. Sebagai langkah awal, Ismi membuka di Bogor yang merupakan tempat tinggalnya dan di daerah Tebet. Jakarta. Mereka melihat bahwa kue cubit ini merupakan salah satu makanan kecil yang enak dan sudah mulai ditinggalkan di kota modern ini. Untuk itulah, Ismi dan rekannya melakukan inovasi dalam mengembangkan bisnis kue cubit ini, dengan menyajikan beberapa macam rasa seperti green tea, oreo, tiramisu, coklat dan original.

Investasi yang Ismi siapkan untuk usaha inipun tidak sedikit. Dengan modal kurang dari 10 juta ini, Ismi memberi warna baru dalam dunia kuliner Indonesia. Dalam waktu 1 bulan Ismi sudah balik modal dan setiap harinya memiliki antrian yang panjang. Kini kue cubit daerah Tebet ini sudah dikenal hingga keluar kota.

“Sebenarnya aku terinspirasi oleh dosen entrepreneur-ku dulu waktu kuliah. Beliau mengatakan, buatlah produk yang kalau orang tidak pakai produk kita, bisa mati. Nah aku bingung, apa yah? Bahkan beras yang kebutuhan sehari-hari saja, kalau tidak ada beras, kita bisa makan roti dan pengganti karbohidrat lainnya.” Ungkap Ismi. Setelah menjalani bisnis ini, Ismi pun mengerti maksud dari ungkapan sang dosen. Buatlah produk yang membuat orang rela melakukan sesuatu (effort) untuk mendapatkan produk kita. Dalam waktu kurang lebih tiga bulan, Ismi berhasil menggiring konsumen dari berbagai daerah untuk datang ke Tebet menikmati kue cubit ini.

Bila kita melihat keberhasilan yang Ismi raih, tentu kita akan menganggap hal ini mudah atau hanya karena keberuntungan yang Ismi miliki. Tapi ternyata tidak BINUSIAN. Dalam menjalankan bisnis ini, Ismi memiliki ketakutan dan proses kegagalan yang juga dialami oleh setiap pengusaha baru.

Seperti yang kita ketahui, modal yang Ismi siapkan untuk bisnis inipun tidak sedikit, selain itu Ismipun bertanggung jawab untuk membuktikan kepada orang tuanya bahwa langkah yang dia ambil tidak salah. Jangan lupa BINUSIAN, Ismi juga menjadi standar kesuksesan bagi kedua adiknya dan proses pembuatan kue cubit ini sendiri juga tidak semudah yang kita tahu.

“Awalnya aku dan temanku tidak selalu berhasil membuat kue cubit ini, kadang suka ngembang kadang tidak. Ada juga saat dimana bahan masih sisa banyak dan tidak ada pengunjung yang datang. Dalam dunia bisnis seperti ini, ini hal yang biasa dan aku harus mampu melaluinya.” Ujar Ismi. “Apalagi waktu menjalankan bisnis ini, aku dan temanku tidak punya strategi secara khusus untuk mempromosikan produk kami. Yang kita tahu hanya mau buka bisnis dan itu adalah kue cubit. Selebihnya kita tidak tahu lagi.” Tambahnya.

Dengan memanfaatkan perkembangan sosial media dan koneksi dengan teman-teman, Ismi berhasil menciptakan pasar untuk produknya. Ismi juga berhasil menarik perhatian media untuk meliput kue cubitnya. “Sekarang aku sudah bisa meyakinkan orang tuaku akan jalan yang aku pilih. Saudara-saudaraku juga mendukung bisnis ini.” Ujar Ismi.

Nah BINUSIAN, kalau Ismi bisa, kamu juga bisa! Jangan terbelenggu oleh track yang sudah ada. Sekarang jamannya emansipasi wanita, BINUSIAN. Yuk think out of the box. Beranilah melangkah untuk membuat terobosan-terobosan, karena kamu tidak akan tahu seberapa tinggi kamu terbang, bila kamu tidak mengepakkan sayapmu.

Selamat Hari Kartini, wanita Indonesia. (AL)