Marcelina Tifanny dan Misi Tak Terlupakan ke Sarawak

Bertemu dengan mahasiswa dari berbagai negara di Asia Tenggara dan menyelesaikan misi pelayanan di masyarakat adalah kesempatan luar biasa yang dirasakan Marcelina.

Binusian : Marcelina Tifanny

Marcelina Tifanny adalah salah satu BINUSIAN yang memiliki kesempatan untuk menghadiri acara YSS-ASEAN Students Volunteer Mission to Sarawak, Malaysia, pada 2018 lalu. Selama dua minggu, ia bersama sejumlah mahasiswa dari ASEAN dan China terjun langsung ke tengah masyarakat untuk menyelesaikan proyek pengabdian yang telah ditentukan.

Menuju Kampung Tunoh

Sumber : Sarawakadventure.blogspot.com

Sebelum misi dimulai, para mahasiswa dibagi dalam beberapa kelompok untuk diarahkan ke 11 desa di Sarawak. Tiap kelompok terdiri atas 6 divisi, yaitu Education Cluster, Medical and Health Cluster, Community Development/Improvement Cluster, Agribio and Environment Cluster, Crisis and  Disaster Management Cluster, dan Information Technology and Social Entrepreneurship Cluster.

“Saya mendapat kelompok yang akan melakukan misi di Kampung Tunoh. Kampung ini terletak di Divisi Kapit dan paling jauh di antara kampung lainnya. Awalnya, saya merasa canggung berkomunikasi dengan teman-teman sekelompok. Namun, tidak butuh waktu lama, kami sudah bisa beradaptasi dan berbaur dengan sangat baik.”, kisah Marcelina.

Menuju Kampung Tunoh, Marcelina dan kelompoknya harus naik pesawat selama kurang lebih 3 jam. Tiba di Bandara Sibu, perjalanan dilanjutkan dengan naik bus selama 1 jam menuju Sibu Wharf. Jarak Sarawak dan Sibu Wharf adalah sekitar 4 jam perjalanan menggunakan express boat

“Dari Sarawak, kami dijemput oleh beberapa penduduk Kampung Tunoh. Kami mengendarai mobil menuju daerah itu. Perjalanannya tidak mudah karena jalurnya sangat ekstrem dan jalan tidak halus,” kenang Marcelina. 

Misi Pengabdian Masyarakat

Binusian : Marcelina Tifanny

Bukan hanya perjalanannya yang mengesankan bagi mahasiswi International Business Management BINUS UNIVERSITY ini. Pengalaman yang ia dapatkan pun luar biasa. “Selama di sana, kami tinggal bersama penduduk setempat di Long House. Ini adalah sebuah bangunan yang dihuni oleh banyak kepala keluarga,” ujar Marcelina. 

Di kampung Tunoh, tiap divisi mengerjakan proyeknya masing-masing. Proyek utama mereka adalah membuat lapangan badminton untuk sekolah. Menurut Marcelina, prosesnya pembuatan cukup sulit. Mereka harus mengambil batu dan pasir di sungai, bahkan mengangkat semen yang disediakan pihak sponsor. 

Proyek kedua yang mereka jalankan adalah memperbaiki jalan yang rusak di dekat Kampung Tunoh. Selain itu, para mahasiswa ini juga mengajar murid-murid di sekolah, mulai dari pelajaran berhitung, Bahasa Inggris, pengetahuan umum, sains, hingga teknologi. 

“Kami juga mengajar para murid, guru, dan penduduk setempat, untuk lebih peduli terhadap lingkungan dan menyelamatkan diri saat terjadi bencana. Selain itu, kami juga membantu mengecek kesehatan penduduk,” kata Marcelina. 

Setelah misi selesai, seluruh peserta mengikuti acara post-mission. Mereka harus mempresentasikan hasil dari proyek yang telah dilaksanakan kepada pihak YSS. Marcelina mengatakan, ia sangat bersyukur bisa mengikuti misi ini. Meskipun sulit dan harus diuji secara fisik dan mental, semua itu setimpal dengan pengalaman dan pelajaran yang didapatkan.

Kegiatan yang dijalankan Marcelina sejalan dengan program misi pengabdian masyarakat yang diusung Teach For Indonesia (TFI) BINUS UNIVERSITY. Dengan program ini, diharapkan makin banyak mahasiswa yang peduli terhadap masyarakat secara langsung dan mau berbagi ilmu yang mereka dapatkan dari bangku kuliah. 

 

#BINUSGROUP 

#FosteringandEmpowering 

#EmpoweringSociety 

#BuildingTheNation 

#Menuju40TahunBinusBerkarya 

#40thBINUS 

#Lustrum8BINUS 

#DiesNatalis40BINUS 

#BINUS2020 

#BINUS2035