Penanaman Mangrove di Kepulauan Seribu, Aksi Nyata Ibu Retno dan Ibu Sari dari BINUS UNIVERSITY

Meta description: Dosen BINUS UNIVERSITY melalui Comdev mengadakan kegiatan penanaman mangrove di Kepulauan Seribu. Bagaimana aksinya? Simak pembahasannya berikut ini!

Sumber : Binus.ac.id

Selama tiga dekade terakhir, sekitar 50 persen hutan mangrove di Indonesia dinyatakan hilang. Ironisnya, mangrove di wilayah pesisir Jakarta tersisa 300 hektare saja. Padahal, kawasan tersebut menjadi salah satu penyanggah penghijauan. Lalu, apa akibatnya?

Salah satu akibat kerusakan hutan mangrove, yakni terganggunya keseimbangan ekosistem di sekitar pantai. Selain itu, penggundulan mangrove dapat menyebabkan abrasi pulau, seperti Kepulauan Seribu yang menjadi bagian pesisir Jakarta.

Melihat potensi ancaman tersebut, sejumlah dosen BINUS UNIVERSITY, yang diwakili oleh Ibu Retno Dewanti, S.Si., MM., PhD dari Community Development (Comdev), Ibu Sari dari School of Design BINUS, Chef Trias, Kepala Jurusan Hotel Management, beserta tim CDA, mengajak binusian menanam mangrove untuk ikut menjaga kelestarian pesisir pantai.

Di mana lokasi penanaman mangrove tersebut? Seperti apa bentuk kegiatannya? Yuk, lanjut baca artikel ini!

Berkolaborasi dengan Hilton Hotel Jakarta

Sumber : Binus.ac.id

Hilton Hotel Jakarta-Diponegoro mengadakan proyek Global Week of Service setiap tahun. Pada 2018 lalu, BINUS UNIVERSITY mendapatkan kesempatan berkolaborasi dengan Hilton Hotel di momen tersebut.

Kegiatan pertama yang menjadi bagian proyek Global Week of Service, yaitu menanam mangrove di Pulau Pramuka. Tujuan kegiatan ini adalah melestarikan lingkungan Pulau Pramuka.

Pulau Pramuka merupakan pusat pemerintahan Kepulauan Seribu. Kawasan ini juga menjadi destinasi wisata yang paling sering dikunjungi wisatawan. Karena itu, mangrove di sepanjang pulau harus dijaga kelestariannya agar terhindar dari abrasi.

Setelah menanam mangrove, binusian dan dosen melepaskan bayi penyu ke laut. Kegiatan tersebut bertujuan untuk melestarikan spesies penyu. Perlu kamu ketahui, Kepulauan Seribu memiliki 2 dari 7 jenis penyu yang ada di dunia.

Namun, penyu tersebut harus menghadapi ancaman kepunahan akibat perburuan liar manusia. Banyak yang mencari untuk membuat hiasan, kancing, hingga tusuk konde. Bahkan, sekelompok masyarakat kerap menjadikan penyu sebagai mahar pernikahan.

Sebagai rangkaian terakhir dari Global Week of Service, binusian dan dosen membersihkan sampah di area pantai. Pasalnya, sampah di area pantai Pulau Pramuka tergolong banyak; dalam satu hari bisa mencapai 20 ton.

Global Week of Service Perkenalkan Ekowisata Pulau Pramuka

Sumber : Binus.ac.id

Selain melestarikan mangrove, kegiatan kolaborasi Hilton Hotel dan BINUS UNIVERSITY ini mengajak binusian untuk mengenal ekowisata Pulau Pramuka. Ekowisata didefinisikan sebagai kegiatan wisata alam yang bertanggung jawab terhadap kelestarian lingkungan.

Ekowisata juga menuntut pengunjung untuk menjaga kesejahteraan masyarakat lokal, melibatkan pendidikan, serta membangun interpretasi. Di samping itu, ekowisata merupakan tanggung jawab sosial atau corporate social responsibility (CSR) untuk masyarakat.

Kontribusi dosen BINUS UNIVERSITY dengan mengajak binusian dalam penanaman mangrove merupakan bentuk kepedulian terhadap pelestarian lingkungan. Harapannya, kegiatan tersebut dapat memberikan dampak positif bagi bumi di masa mendatang.

#BINUSGROUP

#FosteringandEmpowering

#EmpoweringSociety

#BuildingTheNation

#Menuju40TahunBinusBerkarya

#40thBINUS

#Lustrum8BINUS

#DiesNatalis40BINUS

#BINUS2020

#BINUS2035