Bangga dan menginspirasi! Karya Anak Negeri—Hanyutan oleh Cynthia Halim dan Nabila Kaulika—Berlenggang di Paris Fashion Week

Cynthia Halim dan Nabila Kaulika, dua alumni BINUS NORTHUMBRIA SCHOOL OF DESIGN (BNSD), berhasil menapaki industri mode dunia dengan mengusung merek Hanyutan.

Sumber : Binus.ac.id

Selain kuliner, kain khas daerah menjadi salah satu khazanah budaya yang wajib dipromosikan ke dunia internasional. Tidak hanya batik, Indonesia memiliki banyak potensi kain tradisional untuk diperkenalkan, contohnya Songket Palembang, Tenun Siak, Ulap Doyo, Gringsing Tenganan, Maduaro, Karawo, Cual, dan sebagainya.

Adis Karim, Dian Pelangi, Julie Laiskodat, dan Handy Hartono adalah empat dari banyaknya deretan nama desainer Indonesia yang berhasil membawa ragam kain khas lokal tersebut pada event runway tahunan mancanegara, seperti Vienna Fashion Week, New York Fashion Week, dan London Fashion Week.

Lalu, baru-baru ini dua nama desainer muda lulusan BINUS NORTHUMBRIA SCHOOL OF DESIGN (BNSB), Cynthia Halim dan Nabila Kaulika, juga melakukan debut pertama mereka di industri busana dunia dengan memamerkan budaya Lasem melalui merek andalannya—Hanyutan—di Paris Fashion Week 2020.

Filosofi dan Sejarah Hanyutan

Manusia tanpa disadari memiliki ego yang mampu membenturkan kepentingan antar budaya sehingga menyulut kebencian untuk lingkungan sekitarnya. Terinspirasi dari kondisi “ego” manusia ini, Cynthia dan Nabila lalu meleburkan ide-ide cemerlang mereka melalui fashion dalam sentuhan punk culture. Harapannya, pemikiran mereka dapat menjadi media perdamaian dan kebebasan berekspresi.

Foto : Cynthia dan Nadia

Sumber : Harpers Bazaar Indonesia

 Brand Hanyutan sendiri sebenarnya berasal dari salah satu kata dalam Bahasa Indonesia, yaitu “hanyut” yang artinya terbawa arus. Ya, ada begitu banyak budaya negeri, khususnya ragam kain, yang sudah mulai tergerus arus modernisasi saat ini. Itulah alasan lain di balik kemunculan produk Hanyutan.

Cynthia dan Nabila berkisah bahwa bahan bakar utama mereka dalam berkarya adalah niat tulus untuk tetap mengembangkan (fostering) dan memberdayakan (empowering) kain-kain khas Indonesia yang “hanyut” karena hampir terlupakan oleh masyarakat.

Dengan lahirnya berbagai produk siap pakai (ready-to-wear) dari Hanyutan, duo alumni BNSB Program Fashion Management ini berharap agar masyarakat dapat mengingat kembali unsur, nilai, dan kisah kain yang hampir ditinggalkan tersebut.

Pada akhirnya, keinginan terbesar mereka adalah kain-kain yang pamornya hampir terbenam itu dapat diterima kembali oleh pasar industri fashion, mulai dari dalam negeri hingga luar negeri.

Mimpi Besar yang Jadi Kenyataan

Sumber : Binus.ac.id

Berawal dari project kampus, Cynthia dan Nabila hanya menargetkan produk mereka untuk dapat tampil di acara Jakarta Fashion Week (JFW) 2018. Namun, siapa sangka karya mereka ternyata mampu memukau orang-orang Fashion Division AsiaEurope yang kemudian meminta mereka untuk menampilkan Hanyutan di Paris Fashion Week.

Jalan menuju Paris Fashion Week tidaklah mudah. Cynthia dan Nabila bercerita kalau mereka harus mengajukan portofolio terlebih dahulu. Hasilnya, mereka terpilih menjadi salah satu dari 30 besar fashion designer tingkat Asia yang berhak mewakili Indonesia di Paris. Sungguh membanggakan, bukan?

Pesan Cynthia dan Nabila

Menutup obrolan, dua dara cantik ini berpesan untuk semua fashion student atau fashion designer muda agar terus berkarya, berusaha, dan percaya diri meski lelah terkadang menghampiri. Pasalnya, semua akan lunas terbayar ketika kamu melihat hasil karyamu dipakai oleh banyak orang.

#BINUSGROUP

#FosteringandEmpowering

#EmpoweringSociety

#BuildingTheNation

#40TahunBINUSBerkarya

#40thBINUS

#Lustrum8BINUS

#DiesNatalis40BINUS

#BINUS2020

#BINUS2035