Berdayakan Masyarakat Melalui Teknologi Pangan, Nesti F. Sianipar Raih Penghargaan Best Creation

Pemberdayaan masyarakat melalui teknologi pangan mengantarkan Nesti F. Sianipar meraih penghargaan Best Creation. Yuk, simak kisah selengkapnya berikut ini!

Sumber : Binus.ac.id

Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang harus dijaga ketersediaan dan kualitasnya. Banyak cara meningkatkan kualitas pangan, salah satunya menggunakan teknologi. Dengan teknologi, segala jenis pangan meningkat produksinya dan dapat disimpan dalam jangka waktu lama.

Nesti F. Sianipar—akademisi di BINUS UNIVERSITY yang menyadari pentingnya teknologi pangan—pun turut berkontribusi di bidang ini. Ia menciptakan banyak terobosan sebagai solusi bagi petani dan meningkatkan kualitas hidup.

Bagaimana bentuk kontribusi Nesti F. Sianipar? Simak kisahnya dalam ulasan berikut ini!

Mengembangkan Pisang Torpedo

Sumber : Binus.ac.id

Melalui Food Biotechnology Research BINUS UNIVERSITY, Nesti F. Sianipar mengembangkan pisang plantain dengan teknologi kultur jaringan. Teknologi tersebut berhasil menggandakan berat pisang plantain hingga 1000 gram.

Kini, variasi somaklonal planlet pisang plantain terdaftar di Pusat Inovasi Bisnis Indonesia. Masyarakat mengenalnya dengan nama pisang torpedo.

Pisang torpedo memiliki banyak kelebihan; salah satunya terhindar dari penyakit layu dan fusarium. Pisang torpedo dapat ditanam kapan pun tanpa mengenal musim. Selain itu, pembibitan pisang torpedo bisa dilakukan di rumah kaca dan laboratorium.

Meneliti Keladi Tikus untuk Penyembuhan Penyakit

Sumber : Binus.ac.id

Tidak hanya mengembangkan pisang torpedo, Nesti F. Sianipar juga meneliti tanaman keladi tikus. Tanaman dengan nama latin Typhonium flagelliforme ini mirip tumbuhan talas yang tingginya sekitar 25—30 sentimeter. Sementara itu, daunnya memiliki ujung runcing dan berbentuk bulat.

Keladi tikus banyak tumbuh di wilayah Pulau Jawa yang berada di ketinggian 1.000 meter di atas permukaan laut. Tanaman tersebut menyukai tempat lembap atau tidak terkena sinar matahari langsung.

Terlepas dari asalnya sebagai tanaman liar, keladi tikus ternyata memiliki manfaat bagi kesehatan. Hal itu dibuktikan dengan hasil riset Nesti F. Sianipar yang mengungkapkan, bahwa keladi tikus bisa menyembuhkan kanker. Pasalnya, keladi tikus mengandung senyawa bioaktif, seperti ekstrak heksan dan komponen flavonoid.

Karena berkhasiat mengobati kanker, keladi tikus kini dikembangkan menggunakan teknologi kultur jaringan sel tanaman. Dengan teknologi tersebut, keladi tikus dapat tumbuh lebih cepat, jumlah banyak, dan seragam. Di samping itu, keladi tikus tidak membutuhkan tempat penanaman yang luas.

Nesti F. Sianipar dan timnya terus melahirkan terobosan baru di bidang pangan dengan teknologi kekinian. Mengusung slogan “Feed the world with tasty, healthy, nutritious and safe food”, Nesti F. Sianipar pun berupaya memberikan kontribusi ketahanan pangan melalui inovasinya.

Kamu ingin mengikuti jejak Nesti F. Sianipar atau belajar darinya? Yuk, jadi bagian dari BINUS UNIVERSITY dan aktif di berbagai kegiatannya. Salah satu kegiatan di BINUS UNIVERSITY yang bisa kamu ikuti adalah Teach for Indonesia (TFI). Simak info lengkap mengenai TFI hanya di web www.teachforindonesia.org atau IG: @teachforindonesia.

#BINUSGROUP

#FosteringandEmpowering

#EmpoweringSociety

#BuildingTheNation

#40TahunBINUSBerkarya

#40thBINUS

#Lustrum8BINUS

#DiesNatalis40BINUS

#BINUS2020

#BINUS2035