Model Komunikasi Sosial Lintas Agama, Kontribusi Dr. Muhamad Aras, S. Pd., M.Si. dan Dr. Ir. Alexander Agung Santoso Gunawan, M.Si., M.Sc., IPM. untuk Memperkuat Toleransi dan Harmoni Masyarakat Indonesia

Melalui penelitian studi kasus, model komunikasi sosial terbukti dapat meningkatkan toleransi dan harmoni lintas agama dalam masyarakat Indonesia.

Sumber : Binus.ac.id

Binusian : Muhamad Aras

Bangsa Indonesia telah lama tersohor sebagai bangsa yang plural atau majemuk. Keberagaman suku, agama, dan ras menciptakan kekayaan budaya yang luar biasa sehingga menjadikan masyarakat yang unik. Namun, meski berasal dari latar belakang berbeda, toleransi dan harmoni adalah dua hal yang dijunjung tinggi bangsa Indonesia.

Namun, belakangan kerukunan beragama Indonesia tengah diuji. Perselisihan yang memicu konflik antarumat beragama maupun dalam internal agama kerap muncul. Hal ini menjadi sorotan Dr. Muhamad Aras, S. Pd., M.Si. dan Dr. Ir. Alexander Agung Santoso Gunawan, M.Si., M.Sc., IPM. dan mendorong kehadiran riset mengenai model komunikasi sosial yang tepat untuk membangun toleransi dan harmoni antarumat beragama.

Mengapa Perlu Komunikasi Sosial?

Sumber : Parokicikarang.or.id

Pertanyaannya, apa yang didapat dari komunikasi sosial dalam lingkup lintas agama? Komunikasi sosial menunjukkan pentingnya komunikasi dalam membentuk konsep diri dan mengaktualisasikan diri yang bertujuan menjaga kelangsungan hidup, meraih kebahagiaan, menghindari ketegangan dan tekanan, dan membangun relasi dengan orang lain.

Komunikasi membuka ruang kerja sama antara individu dalam menjalani peran mereka sebagai anggota masyarakat demi mencapai tujuan bersama. Sekarang bayangkan jika ada individu yang tidak pernah berkomunikasi dengan sesamanya. Hampir dipastikan ia akan sulit membawa diri di dalam lingkungannya tinggal. Ia akan tersesat karena belum pernah belajar bagaimana berinteraksi dan menata diri dalam lingkup sosial.

Komunikasi mendorong individu untuk membentuk kerangka rujukan yang berfungsi memandu individu dalam mengartikan berbagai situasi yang ia hadapi. Bahkan, ia dapat menggunakannya untuk mempelajari dan mengaplikasikan berbagai strategi adaptif yang bisa membantunya menangani situasi problematik.

Pendek kata, jika seseorang tidak berkomunikasi dengan orang lain, ia tidak akan tahu dan mengerti bagaimana bertindak sebagai manusia dan memperlakukan orang lain dengan manusiawi dan beradab. Cara berperilaku demikian seharusnya dipelajari individu melalui pengasuhan keluarga dan pergaulan dengan orang di luar keluarga yang bisa tercapai lewat komunikasi.

Memahami Toleransi dan Harmoni

Toleransi berarti sikap menerima perbedaan yang dimiliki orang lain, seperti perasaan, pendapat, kepercayaan, dan kebiasaan. Ada pendapat yang membedakan toleransi ke dalam dua jenis, yaitu toleransi negatif dan toleransi positif. Jenis pertama menyatakan toleransi sebagai sikap membiarkan dan tidak menyinggung atau menyakiti orang lain.

Jenis kedua memandang bahwa toleransi bukan hanya bersikap demikian, tetapi juga kemauan membantu dan bekerja sama dengan kelompok lain. Nah, toleransi positif ini yang kemudian menjadi landasan pengembangan model komunikasi sosial lintas agama di Indonesia melalui istilah harmoni atau kerukunan.

Kerukunan beragama harus dilandasi semangat saling menghormati, saling memahami, dan toleransi terkait pengamalan ajaran agama dan kerja sama bahu membahu menciptakan kehidupan bermasyarakat yang damai. Kerukunan bukan semata menjadi payung perlindungan hak asasi manusia, tetapi juga sebagai prasyarat integrasi nasional dan ketahanan NKRI yang berujung pada kesuksesan pembangunan nasional.

Riset yang dilakukan BINUSIAN berupaya fokus pada bagaimana proses komunikasi sosial dapat meningkatkan toleransi dan kerukunan antarumat beragama di Indonesia. Dengan desain studi kasus dan pengumpulan data melalui observasi dan wawancara mendalam, hasil studi menemukan bahwa proses komunikasi sosial antaragama telah berlangsung dinamis dalam masyarakat Indonesia.

Hal itu tercermin dalam interaksi timbal balik dan sikap saling menghormati nilai dan norma sosial yang dipegang teguh masyarakat. Lewat toleransi, kehidupan bermasyarakat dapat berjalan aman, nyaman, serasi, rukun, dan berdampingan tanpa memandang perbedaan budaya, agama, suku, dan ras.

 

Penelitian ini adalah wujud komitmen BINUS UNIVERSITY dalam membangun dan menjaga keberagaman Indonesia yang mendukung keberhasilan pembangunan nasional. Komitmen tersebut akan terus hidup sejalan dengan semangat 40 Tahun BINUS Berkarya untuk Indonesia.

#BINUSGROUP

#FosteringandEmpowering

#EmpoweringSociety

#BuildingTheNation

#40TahunBINUSBerkarya

#40thBINUS

#Lustrum8BINUS

#DiesNatalis40BINUS

#BINUS2020

#BINUS2035