Program Pascasarjana BINUS BUSINESS SCHOOL Raih Indonesia Customer Experience Award 2020

BINUS BUSINESS SCHOOL Program Pascasarjana meraih prestasi dalam Indonesia Customer Experience Award 2020 yang diselenggarakan oleh Majalah SWA, bekerja sama dengan Business Digest. Penghargaan ini menjadi salah satu bukti keunggulan BINUS BUSINESS SCHOOL (BBS) dalam melahirkan SDM yang siap menaklukkan Revolusi Industri 4.0.

Jakarta – Mungkin masih ada anggapan bahwa kuliah pascasarjana (S2 dan S3) hanya berguna bagi kalangan akademisi untuk mendorong karier mereka. Sebaliknya, para pekerja industri justru berpikir bahwa pengalaman praktik saja sudah cukup. Padahal, bukankah pepatah “Tuntutlah ilmu setinggi langit” ditujukan untuk semua orang, tanpa memandang jabatan, profesi, maupun usia?

Memang, bisa jadi bukan pola pikir itu saja yang menghalangi sebagian orang untuk melanjutkan ke jenjang pascasarjana. Namun yang pasti, pendidikan adalah salah satu tolok ukur kemajuan suatu bangsa. Dan saat ini faktanya, Indonesia kekurangan para profesional (baik kalangan akademisi ataupun praktisi) yang mengantongi ijazah pascasarjana. Padahal, Industri 4.0 sudah di pelupuk mata, menuntut kualitas SDM yang tidak rata-rata.

Khusus lulusan S3, Data Kementerian Riset Teknologi dan Perguruan Tinggi tahun 2017 menunjukkan bahwa dari satu juta penduduk Indonesia, hanya terdapat 143 doktor. Jumlah ini kalah jauh dengan AS yang mencapai 9.850 doktor atau Jepang yang memiliki 6.438 doktor per satu juta penduduk. Bahkan, Malaysia saja bisa mencapai jumlah 509 doktor dengan perbandingan sama.

Manfaat Program Pascasarjana

Pemikiran bahwa tidak semua pembelajaran didapat dari bangku sekolah mungkin benar adanya. Namun perlu digarisbawahi, bangku sekolah di tingkat pascasarjana justru mampu memberikan pemahaman yang esensial untuk menyelesaikan permasalahan strategis yang lebih rumit.

Selain itu, lulusan pascasarjana mempunyai pilihan peluang karier yang lebih baik. Mereka memiliki kemampuan dan pengalaman yang belum tentu didapatkan saat mengenyam pendidikan sarjana (S1), maupun ketika sudah bekerja.

“Tantangan dalam memenuhi kebutuhan SDM di era Industri 4.0 ini membutuhkan SDM dengan skill tertentu seperti judgment and decision makinganalytical and creative thinkingability to learn,” kata Direktur BINUS BUSINESS SCHOOL Dezie L Warganegara, PhD.

Oleh karena itu, lanjut Dezie, BBS menyesuaikan kurikulum, metode pembelajaran, dan fasilitas yang mempuni agar bisa memberikan hard skills dan soft skills yang dibutuhkan.

Dari sisi kurikulum, misalnya. Dezie memaparkan bahwa program studi Magister Manajemen BINUS BUSINESS SCHOOL merupakan program master yang sangat progresif. Maksudnya, kurikulum dan bentuk pembelajaran BBS selalu mengikuti kebutuhan industri dan masyarakat.

“Kami menawarkan mata kuliah beyond traditional seperti business analytics, digital transformation, startups and corporate entrepreneurship, design thinking and entrepreneurship,” ujar dia.

Selain itu, topik-topik dalam perkuliahan selalu update, di antaranya mengenai fintech dan blockchains. Pembelajaran kelas pun melibatkan mitra industri dalam bentuk living case study.

“Proses pembelajaran di Program Pascasarjana BINUS BUSINESS SCHOOL selalu menyertakan industri serta praktisi untuk mendorong mahasiswa agar aktif berinteraksi dan menyelesaikan masalah nyata,” Dezie menuturkan.

Pada program S2, misalnya, terdapat Social Innovation Camp yang wajib diikuti mahasiswa semester pertama. Dalam program ini, BINUS BUSINESS SCHOOL bekerja sama dengan beragam komunitas seperti Sahabat Anak dan Bank Sampah.

“Tugas mahasiswa adalah memberikan solusi bagi permasalahan yang dihadapi komunitas tersebut. Tujuannya untuk mengasah empati, juga beberapa skills seperti problem solving, creative and analytical thinking, teamwork, dan leadership,” ucap dia.

Tak hanya itu, menurut Dezie, program studi Doktoral Manajemen BINUS BUSINESS SCHOOL juga memiliki keunikan tersendiri. “Kami sangat mengutamakan kerja sama antara mahasiswa dan dosen dalam melaksanakan penelitian untuk disertasi.”

Sejak semester pertama, mahasiswa S3 sudah diarahkan untuk menentukan topik penelitian yang berkaitan dengan pencarian solusi untuk permasalahan nyata dalam dunia industri. Mereka akan melaksanakan penelitian awal bersama dosen sebagai teman diskusi sekaligus thinking partner.

Untuk mempermudah proses tersebut, semua saluran komunikasi dimanfaatkan, dari surel, WhatsApp, video conference, hingga tatap muka. Bahkan, BINUS BUSINESS SCHOOL meluncurkan Supervision Plenary Forum, tempat di mana bimbingan lengkap tim promotor diadakan. Telah terbukti, wadah ini efektif mempercepat proses penyusunan proposal disertasi.

Lebih dari itu, BBS telah memiliki aplikasi dissertation monitoring untuk mengetahui progres penulisan disertasi yang bisa diakses dengan mudah melalui smartphone. Jika ada hambatan, dosen terkait dapat segera melakukan intervensi untuk mencari solusi.

“Memang S3 kami dirancang sebagai program pendidikan dengan target tiga tahun selesai jadi Doktor,” tutur Dezie.

Kuliah di Masa Pandemi

BINUS BUSINESS SCHOOL telah memiliki infrastruktur yang mapan untuk mengantisipasi pembelajaran daring jauh sebelum masa pandemi Covid-19. Yang diperlukan sekarang hanyalah penyesuaian untuk memperkaya learning experience para mahasiswa.

“Untuk program S2, kami menggunakan beberapa metode pembelajaran yang dapat meningkatkan engagement mahasiswa di kelas, seperti penggunaan online business simulation yang bersifat komprehensif, dan pembelajaran dalam bentuk kompetisi di kelas Business Negotiation and Selling Skills,” Dezie menerangkan.

Terlebih lagi, BINUS sudah memiliki sistem pembelajaran bernama Binusmaya yang bisa diakses mahasiswa melalui situs web maupun aplikasi seluler. Semua materi perkuliahan, nilai, dan absensi dapat diakses setiap hari selama 24 jam, termasuk untuk berkomunikasi dengan dosen maupun sesama mahasiswa dalam bentuk forum diskusi.

Dengan semua keunggulan tersebut, BINUS BUSINESS SCHOOL Program Pasca Sarjana mampu meraih juara pertama kategori Kampus Swasta Pasca Sarjana Ekonomi & Bisnis, dalam ajang Indonesia Customer Experience Award 2020 dari Majalah SWA.

Penghargaan tersebut merupakan hasil dari survei pelanggan sebanyak 3.000 responden di enam kota besar di Indonesia. Setidaknya BBS unggul dalam empat variabel, yaitu aspek kognitif, afektif, perilaku, dan sosial.

Meski demikian, prestasi ini bukanlah akhir perjalanan, melainkan menjadi milestone penting menuju BINUS BUSINESS SCHOOL yang lebih baik. Hal ini sebagai pengingat sekaligus pendorong agar BINUS BUSINESS SCHOOL dapat tetap berkembang, melahirkan para lulusan pascasarjana yang berguna bagi industri dan masyarakat dalam menghadapi Industri 4.0.