Mengikat Karyawan dengan Penghargaan

Berasal dari sebuah institusi pelatihan komputer tahun 1974, lembaga pendidikan swasta ini berkali-kali bermetamorfosis dan berganti nama, hingga terakhir menjadi BINUS University pada 8 Agustus 1996. BINUS memiliki Fakultas Ilmu Komputer, Fakultas Ekonomi, Fakultas Teknik, Fakultas Sastra, Fakultas MIPA, dan program Pascasarjana. yang terbaru, pada tahun 2007 BINUS membuka dua fakultas baru: Psikologi serta Komunikasi & Multimedia.

Sebagai salah satu universitas swasta terdepan dalam bidang teknologi informasi, BINUS University terus berkembang melalui beberapa periode perubahan. Di antaranya, pada 2002 membentuk BINUS Career yang bertujuan membantu para lulusan dengan menghubungkan mereka ke berbagai perusahaan dalam skala nasional dan internasional. Masih pada tahun yang sama, mengembangkan BINUS Center. Ini adalah pusat pelatihan di bidang teknologi informasi serta komunikasi, animasi, desain, serta bahasa asing yang telah berkembang menjadi sekitar 15 cabang di seluruh Indonesia.

Tahun 1997 BINUS juga memulai program sekolah menengah berorientasi internasional. Secara khas, sekolah tersebut memadukan kurikulum nasional dengan kurikulum internasional Australia. pada 2003, sekolah menengah tersebut dikembangkan menjadi BINUS International School Simprug yang menyediakan seluruh program jenjang pendidikan, mulai dari prasekolah hingga SMA. selain di Simprug, juga dibangun BINUS International School di Serpong, yang menggabungkan kecanggihan teknologi informasi dan keberanian sumber daya organisasi dengan filosofi dan strategi pendidikan terbaik.

Melihat pertumbuhannya yang masif yang terbentuk dari pengalaman selama lebih dari 25 tahun, BINUS University memang tidak bisa mengingkari bahwa jalinan itu berkat jalinan engagement dengan para pemangku kepentingan (stakeholder) selama ini. sebuah jalinan hubungan yang dilandasi visi, nilai-nilai- arah, dan tujuan perusahaan. sebagai institusi pendidikan, menurut Stephen Wahyudi Santoso, Chief Operating Officer BINUS University, tugas BINUS fokus mengelola people (dosen dan karyawan). “Dengan engagement, diharapkan memberikan suasana kerja positif yang berdampak positif pula dalam proses pendidikan” ujarnya.

Stephen menjelaskan, secara teoritis ada enam strategi, yaitu: clear & promising direction; confidence in leader, quality and customer focus, respect & recognition, development opportunities, serta pay & benefit guna memperkuat jalinan ikatan dengan karyawan. Namun, sesungguhnya yang paling penting dan melandasi strategi tersebut, menurutnya, adalah komunikasi yang jelas dan terbuka. Yaitu, komunikasi dua arah yang memungkinkan masing-masing siap menerima input/masukan dari mana saja. “Suasana seperti itu diharapkan akan membuat teman-teman engaged, terutama milenial yang suka dengan sifat egaliter,” Stephen meyakini.

Diakuinya, sebagai institusi pendidikan, BINUS Ingin hadir sebagai lembaga yang kondusif dan memberikan iklim yang baik di lingkungannya, terutama karyawan yang terdiri dari dosen/pengajar dan staf ahli di lingkup organisasi. Itu sebabnya,secara reguler BINUS memberikan penghargaan kepada guru, dosen, karyawan tetap, dan outsourcing terbaik. Setiap tahun ada penilaian untuk mencari karyawan dengan kinerja terbaik, yang akan mendapatkanThe Best Employee Award. “Dari situ kami cari lagi yang terbaik, BINUS Star of Exellence, yang hadiahnya adalah jalan-jalan ke luar negeri dengan kelaurga ditemani pimpinan BINUS,” kata Stephen. Pihaknya menjanjikan mereka yang berprestasi namanya akan tertera di Wall of Fame. Penghargaan juga akan diberikan bagi mereka yang telah mengabdi lebih dari 25 tahun “semua itu kami lakukan untuk memotivasi mereka yang ingin bekerja lebih baik dan memberikan yang terbaik,” ujarnya.

Penghargaan diberikan bukan hanya karena prestasi mereka, melainkan juga karena kontribusi dan kerja keras masing-masing di setiap golongan/posisi. “Kami menghargai siapa pun yang layak dihargai, berdasarkan kontribusi dan pemikirannya,” kata Stephen. Hal itu, tambahnya, dalam rangka membangun budaya saling menghargai. Termasuk, penghargaan sistem gaji yang mengikuti perkembangan industri yang sama ataupun cross industry. “Kami mencoba membangun gaji pokok, tunjangan dan allowance, grade allowance, sampai grade academic sedetail mungkin,” katanya tandas. Setiap karyawan mendapatkan tunjangan khusus untuk memacu perkembangannya.

BINUS juga memberikan ruang bagi karyawan untuk mengikuti pelatihan dan program pengembangan diri. Jika karyawan berkembang baik, dengan sendirinya ada kenaikan rutin tahunan. Kebutuhan allowance akan mengikuti tingkatannya. Selain itu, ada bonus tahunan, performace  bonus, dan bonus spesifik yang berkaitan dengan event. “Kami juga memberikan perlakuan khusus kepada para expatriat,” kata Stephen. Selain itu, Binus juga memberikan beasiswa khusus untuk anak karyawan, dari TK sampai sarjana, da nada semacam dana pension.

We are to be competitive,merit-based,”demikian alasan Stephen sangat memedulikan karyawan. Menurut dia, sistem karier dan kinerja harus dibangung sejak awal. Semua itu secara langsung akan terhubung dengan kompensasi dan benefit-nya. “Kami bangun sistem karier yang jelas, termasuk kompensasi dan benefit-nya. Setiap karyawan sudah tahu apa yang harus dilakukan dan dibutuh-kan, termasuk level performance seperti apa yang dibutuhkan untuk naik tingkat,” katanya panjang lebar.

Binus memberikan kesempatan seluas – luasnya kepada karyawan yang ingin mengembangkan diri. Jika di antara mereka ada yang belum memenuhi kompetensi yang diharapkan, Binus menyiapkan program pengembangannya. Hal itu telah menjadi komitmen dan termaktub dalam Catur Dharma Binus, yaitu mengajar, pengabdian kepada masyarakat, riset, dan pengembangan diri. “Ini menandakan intitusi kami sangat concern terhadap pengembangan diri,” ujarnya. Binus membangun divisi training dan sistem corporate university yang masing – masing ada aturan dan kurikulumnya. Pelatihan meliputi menyiapkan karyawan naik level dan menjalani level berikutnya.

Dijelaskan Stephen, setiap Binusian (anggota keluarga besar yang berada dalam lingkup Binus)yang menjalankan program pengembangan dri Binus, pasti paham di mana kompetisi dan level mereka karena institusi sudah menyiapkan semuanya. Bahkan, Binus juga mewadahi dosen dan guru yang tidak ingin masuk dalam struktur (hanya ingin mengajar)serta menyiapkan jenjang kariernya. Berdasarkan jenjang yang dimiliki pemerintahan,dibuatkannya turunannya yang lebih detail,sehingga setiap guru,dosen,dan karyawan selalu naik jenjang,setahun sekali.

Menghadapi karyawan milenial, Binus telah mengantisipasinya dengan membuat kebijakan yang sesuai dengan aspirasi mereka. Misalnya, saat ini sedang disiapkan kebijaan teknis cara kerja yang lebih fleksibel, agar mereka masih bisa bekerja di mana saja dan kapan saja. Untuk kebijakan yang bersifat nonteknis, senjak awal Binus untuk menerapkannya, seperti harapan mileneal sekarang, yang lebih menyukai transparasi dan sedikit aturan. Pekerja milenial suka berbicara dan memberikan input secara langsung. “Hal – hal seperti itu yang kami implementasikan di institusi kami,”ujar Stephen tandas, dengan menunjukan soal transparasi dan kecepatan sebagai kekuatan.

Hasilnya? Berdasarkan survey Employer of Choice (EOC) 2017 yang dilakukan Hay Group dan SWA, Binus University masuk 10 besar sebagai perusahaan pilihan karyawan atau pencari kerja. Bagi Stephen, pencapaian ini tentu merupakan kabar gembira. Survei independen ini berhasil menunjukan bahwa engagement dengan karyawan memberikan dampak positif, terutama citra positif bagi Binus, selain juga memberikan masukan yang sangat baik. “ Kami mendapat different angle untuk menentukan strategi  dan policy untuk karyawan secara lebih komprehensif lagi ke depan.’lanjutnya.Menurut dia, temuan tersebut layak diperdalam.

Sejauh ini, Binus sudah menunjukkan kinerjanya: terpilih menjadi perguruan tinggi swasta yang memiliki akreditasi A. Dari 4.300 perguruan tinggi di Indonesia, hanya 50 yang memiliki akreditasi A, 15 perguruan tinggi swasta, dan sisanya adalah perguruan tinggi negeri.

Binus masuk 10 besar perguruan tinggi terbaik, yaitu di posisi 9. “Kami merupakan satu – satunya perguruan tinggi swasta di dalam daftar itu,”ujar Stephen bangga. Mengelola 11.800 siswa dari level TK hingga S-3, Binus kini memiliki total 2.600 karyawan, 54%-nya adalah generasi milineal atau usia produktif. Karyawan ekspat berjumlah 180 orang. Tingkat turnover relatife rendah, mencapai 10%, dengan masa kerja rata – rata 8,2 tahun.

ditulis oleh Dyah Hasto Palupi dan Anastasia Anggoro Sukmonowati – Majalah SWA