‘Macbeth’: Tragedi Klasik dalam Bingkai Seindah Lukisan

macbethdlm

Jakarta – Ada begitu banyak hasil adaptasi Shakespeare menghiasi dunia hiburan. Mulai dari ‘King Lear’ sampai ‘Twelfth Night’. Dari ‘Hamlet’ sampai tentu saja karyanya yang paling terkenal, ‘Romeo and Juliet’. Bahkan ‘Macbeth’ sudah ribuan kali dipentaskan oleh berbagai grup teater baik profesional maupun amatiran. ‘Macbeth’ juga sudah pernah beberapa kali diadaptasi dalam bentuk film maupun acara televisi.

Tapi, ada yang berbeda dalam ‘Macbeth’ karya Justin Kurzel ini. Anda tidak hanya diundang untuk menyaksikan “the rise and fall of Macbeth” tapi juga menikmati visualisasi yang melenakan. Dibutuhkan tiga penulis skenario―Jacob Koskoff, Michael Lesslie, Todd Louiso―untuk mengadaptasi karya klasik ini, dan hasilnya memang luar biasa “mind-blowing”.

Film ini berkisah tentang Macbeth (Michael Fassbender) dan istrinya Lady Macbeth (Marion Cotillard) yang menelan mentah-mentah sebuah ramalan bahwa ia akan menjadi raja. Mereka berdua memutuskan untuk membunuh King Duncan (David Thewlis) untuk menjadikan ramalan tersebut menjadi kenyataan.

Dan, memang benar. Macbeth akhirnya diangkat menjadi raja. Begitu mendapatkan apa yang dia mau, Macbeth menjadi tidak fokus dan paranoid atas lanjutan ramalan yang ia dengar. Sementara semua orang mulai menganggapnya sebagai raja yang lalim, Lady Macbeth mencoba sekuat tenaga untuk membuat suaminya tetap waras. Sayangnya, tidak ada yang bisa menyelamatkan Macbeth dari dirinya sendiri.

Justin Kurzel dengan bantuan sinematografer Adam Arkapaw membuat ‘Macbeth’ seperti sebuah lukisan yang begitu menghantui. Pada adegan perang, ia membangi menjadi dua: berkabut dan merah menyala seperti api. Keduanya memberikan gambaran jelas kepada penonton tentang betapa kerasnya harga sebuah perang. Hampir setiap frame yang ada di dalam film ini bisa Anda ambil, untuk menjadi sebuah lukisan ciamik yang bisa dipajang di ruang tamu.

Setelah persembahan visual yang benar-benar menggebrak, Kurzel mengajak penonton untuk menyelami kisah tragis Macbeth dengan dialog-dialog yang sangatlah Shakespeare. Memang dibutuhkan konsentrasi keras bagi penonton untuk terbiasa dengan dialog-dialog sang pujangga yang puitis, namun hasilnya menghanyutkan. Jadi jangan heran jika Anda menyaksikan Michael Fassbender “terasa” seperti berbicara langsung dengan penonton. Hubungan personal antara karakter dan penonton―seperti yang ditulis Shakespeare dalam lakon aslinya―itulah yang justru membuat film ini menjadi semakin mengerikan namun legit.

Dibutuhkan aktor kelas satu untuk bisa mengucapkan kata-kata Shakespeare yang “njelimet” tanpa kehilangan roh karakternya. Baik Fassbender dan Cotillard berhasil menyajikannya dengan hebat. Keduanya tidak hanya mempunyai chemistry yang begitu kuat namun juga benar-benar merasuk ke dalam karakter masing-masing. Sementara Cotillard berhasil menjadi “kompor” yang efektif sebagai Lady Macbeth, Fassbender memberikan penonton betapa berubahnya seorang Macbeth dari prajurit menjadi si raja lalim.

Keduanya juga berhasil mempersembahkan monolog-monolog panjang tanpa kehilangan ekspresi dan emosi yang pas. Cotillard akan membuat Anda tersayat-sayat akan pengakuannya ketika dia kembali mengunjungi desa yang dulu ia tinggali. Dan Fassbender berhasil membuat Anda tetap bersimpati meskipun karakternya bukan jenis yang akan membuat Anda mendukungnya.

Satu-satunya “kelemahan” dari ‘Macbeth’: tidak banyak orang yang bersedia menyaksikan kisah tragedi selama dua jam. Padahal, Kurzel jelas sudah melukisnya dalam visual yang canggih dan akting para pemainnya yang jempolan. Dan, begitu Anda melihat betapa kerennya Fassbender dan Cotillard serta kepiawaian Kurzel sebagai pencerita, ‘Macbeth’ akan menjadi sebuah tontonan yang tidak bisa Anda lupakan. Jadi, masih “malas” untuk menontonnya?

Candra Aditya penulis, pecinta film. Kini tengah menyelesaikan studinya di Jurusan Film, Binus International, Jakarta.
(mmu/mmu)

Sumber: http://hot.detik.com/movie/read/2016/01/29/141836/3130485/218/macbeth-tragedi-klasik-dalam-bingkai-seindah-lukisan?hd771104bcj

#GreaterNusantara