Menciptakan Ruang Dialog: Sinema dan Pemberdayaan Nusantara Melalui Bedah Buku The Real Guilty Pleasures

Tangerang, 29 November 2023 – Selama bertahun-tahun, telah ada sejumlah studi akademis tentang film Indonesia. Sebagian besar dari mereka berhenti menanggapi secara serius kebangkitan besar dalam sinema populer yang terjadi disana dari akhir 1970-an hingga awal 1990-an. Ekky Imanjaya menjelajah ranah dimana orang lain takut untuk melangkah dalam eksplorasi bidang pembuatan film yang sebagian besar diabaikan ini.

BINUS Publishing menggelar bedah buku bersama penulis yaitu Ekky Imanjaya, Ph.D., yang berjudul “The Real Guilty Pleasures: Menimbangulang Sinema Eksploitasi Transnasional Orde Baru” yang di moderatori oleh Nayla Majestya, S.Sn., M.Sc. selaku dosen Film BINUS University dan dihadiri oleh seratus orang lebih peserta.

Ekky Imanjaya adalah dosen tetap di Departemen Film, Bina Nusantara (BINUS) University, kampus Alam Sutera. Beliau menyelesaikan studi doktoralnya dari Kajian Film di University of East Anglia (2018), Inggris. Sebelumnya menyelesaikan gelar masternya di jurusan Filsafat di Universitas Indonesia (2003) dan Kajian Film di Universiteit van Amsterdam (2008). Beliau merupakan kritikus film yang fokus pada sinema Indonesia, dan isu keislaman dan budaya pop. Beliau adalah anggota Dewan Festival di Madani International Film Festival dan Jakarta Film Week, dan menjadi Ketua Komite Film di Dewan Kesenian Jakarta (2021-2023). Karya popularnya, diantaranya tersebar di Majalah Tempo, Kompas, Astaga.com, dan Zinetflix. Sebagai akademisi, karyanya dimuat, antara lain, di Cinemaya, Colloquy, Plaridel, Asian Cinema, Jurnal Wacana, dan Historical Journal of Film, TV, Radio. Buku termutakhir yang ditulisnya adalah  Mencari Film Madani: Sinema dan Dunia Islam (2019) dan Mujahid Film: Usmar Ismail (2021).

Buku “The Real Guilty Pleasures: Menimbangulang Sinema Eksploitasi Transnasional Orde Baru” berfokus pada perlalulintasan budaya (cultural traffic) dari film-film tersebut, mulai dari akhir 1970-an sampai awal 2010-an, dari Indonesia sampai ke negara-negara lain. Dengan menganalisa alur global (global flow) dari film-film tersebut, Ekky Imanjaya mengungkapkan “saya akan berargumen bahwa terlepas dari status marjinalnya, film-film eksploitasi klasik Indonesia merupakan pusat dari pertarungan selera di antara beragam kelompok dan agen yang berkepentingan. Proses ini akan mencakup tinjauan kembali sejarah resmi sinema Indonesia dengan cara menyelidiki kerangka perlalulintasan budaya (cultural traffic) dan politik selera, serta menekankan signifikansi film-film B dan eksploitasi tersebut, yang kemudian membuka jalan ke beberapa temuan yang merekomendasikan untuk menyertakan film-film tersebut dalam wacana sinema yang lebih serius, baik secara nasional maupun secara global” ungkapnya.

Dalam bedah bukunya beliau menjelaskan Lebih jauh lagi, terkait dengan perlalulintasan sinema (film traffic), film-film tersebut telah menjadi bidang penting dan bahkan menjadi objek ketegangan yang muncul dari berbagai politik selera yang melibatkan beberapa agen, seperti negara dan para elit budayanya, produser-produser film lokal, distributor dan eksibitor film lokal, khalayak lokal, distributor transnasional, dan para penggemar global.

Dalam gambaran lebih besar, buku ini juga menganalisa secara menyeluruh dinamika politik, ekonomi, sosial, dan transformasi budaya dari film-film ‘sampah’ itu secara internasional membentuk dan memberi dampak terhadap suasana budaya film nasional dan global, termasuk secara kritis membenturkannya dengan konsep sinema kultus (cult cinema) yang sangat Barat-sentris. Beliau mengungkapkan “dalam menyusun argumen-argumen ini, dengan menggunakan penelitian berbasis arsip dan pendekatan sejarah kritis, saya akan mengeksplorasi berbagai bidang kajian film, mencakup kajian kebijakan, budaya distribusi/eksibisi, penerimaan dan kepenontonan film, serta fandom (penggemar) daring global” ungkapnya.

Setelah pemaparan materi, dilanjut dengan tanya jawab dan 3 penanya terbaik mendapatkan doorprize berupa buku “The Real Guilty Pleasures: Menimbangulang Sinema Eksploitasi Transnasional Orde Baru” yang sudah ditandatangani oleh Ekky Imanjaya sekaligus berfoto bersama. Antusias para peserta sangat besar dalam acara tersebut, pada sesi tanya jawab para peserta bersemangat untuk berdiskusi langsung terkait buku beliau.

Selain menggelar acara bedah buku “The Real Guilty Pleasures: Menimbangulang Sinema Eksploitasi Transnasional Orde Baru”, BINUS Publishing juga buka stan di acara tersebut. BINUS Publishing memberikan discount sampai dengan 25%, termasuk buku “The Real Guilty Pleasures: Menimbangulang Sinema Eksploitasi Transnasional Orde Baru” banyak terjual pada hari itu.

Dari materi yang disampaikan, maka dapat ditarik kesimpulan Buku “The Real Guilty Pleasures: Menimbangulang Sinema Eksploitasi Transnasional Orde Baru” berfokus pada perlalulintasan budaya (cultural traffic) dari film-film tersebut, mulai dari akhir 1970-an sampai awal 2010-an, dari Indonesia sampai ke negara-negara lain. Buku ini juga menganalisa secara menyeluruh dinamika politik, ekonomi, sosial, dan transformasi budaya dari film-film ‘sampah’ itu secara internasional membentuk dan memberi dampak terhadap suasana budaya film nasional dan global, termasuk secara kritis membenturkannya dengan konsep sinema kultus (cult cinema) yang sangat Barat-sentris, serta menciptakan ruang dialog: sinema dan pemberdayaan Nusantara.

Publishing masih memberikan diskon sampai dengan 31 Desember 2023. Kalian bisa mengunjungi BINUS Publishing melalui shopee https://shopee.co.id/binuspublishing, tokopedia https://tokopedia.com/binuspublishing, email di publishing@binus.edu, bisa juga dm di instagram kami di @publishingbinus.

Highlight Bedah Buku, klik di sini.