Fokus Pada Sustainabilty, Dewan Guru Besar BINUS UNIVERSITY hasilkan 3 Inovasi Bioproduk Berbasis SDG’s

Jakarta, 1 Juli 2025 – Pada momentum Dies Natalis BINUS University ke-44, Dewan Guru Besar BINUS University melalui inovasi bioproduknya turut berkontribusi dalam upaya menjaga keberlanjutan sumber daya alam dan kesehatan masyarakat. Berbagai riset yang dilakukan telah menghasilkan bioproduk yang berpotensi besar dalam mendukung ketahanan pangan dan kesehatan yang dimana saat ini menjadi isu di Indonesia dan dunia. Keladi tikus (Typhonium flagelliforme Lodd.) adalah tanaman obat asli Indonesia yang memiliki sifat antikanker dan antioksidan. Penelitian yang
dilakukan oleh Prof. Dr. Nesti F. Sianipar dan tim Food Biotechnology Research Center (FBRC) BINUS University sejak tahun 2012 telah berupaya meningkatkan kandungan senyawa alami keladi tikus melalui kultur jaringan sel
in vitro.
Dari upaya ini dihasilkan varietas keladi tikus unggul, seperti Tipobio, Typonesiaraga, dan Binusantara 1, dengan kandungan senyawa bioaktif lebih tinggi dari tanaman asalnya. Varietas Tipobio dan Binusantara 1 telah mendapatkan Hak Perlindungan Varietas Tanaman (PVT) dari Kementerian Pertanian Indonesia. Selain itu, ekstrak unggul keladi tikus Tipobio juga telah diuji terhadap sel kanker payudara (MCF-7) dan menunjukkan efek sitotoksisitas yang lebih tinggi. Penelitian menunjukkan ekstrak ini dapat menyebabkan apoptosis pada sel kanker dalam waktu 24 jam.
Dari pencapaian tersebut, tim peneliti FBRC pun menciptakan formula minuman fungsional bernama Tyherbs dari ekstrak umbi unggul keladi tikus sebagai suplemen untuk memelihara kesehatan dan mencegah kanker payudara. Saat ini, berdasarkan kolaborasi dengan industri, produk suplemen ini sedang dikembangkan dalam bentuk kapsul dan dalam tahap pengajuan izin BPOM. Harapannya suplemen ini dapat membantu memelihara kesehatan penderita kanker.
Beralih dari inovasi dari tumbuhan yang memiliki sifat antikanker dan antioksidan tinggi, guru besar BINUS University juga menciptakan bibit pisang tanduk unggul untuk mengatasi masalah produktivitas pisang yang menurun pada 2019. Penemuan ini harapannya dapat mencukupi jumlah permintaan yang tinggi.
Prof. Dr. Nesti F. Sianipar dan Khoirunnisa Assidqi, bersama tim FBRC, menghasilkan bibit pisang tanduk unggul super ‘Pisang TORPEDO’. Pisang TORPEDO ini merupakan hasil variasi somaklonal melalui kultur jaringan. Subkultur pisang TORPEDO selama tiga tahun (2013-2016) menunjukkan hasil produksi buah yang stabil dengan bobot per tandan yang lebih tinggi daripada pisang tanduk biasa.
Pisang TORPEDO juga telah didaftarkan untuk mendapatkan Hak Perlindungan Varietas Tanaman di Kementerian Pertanian. Inovasi ini diharapkan mampu mengatasi menurunnya produktivitas pisang tanduk lokal serta mendukung tujuan SDG nomor 2, yakni untuk mengakhiri kelaparan dan mendorong pertanian berkelanjutan.
Selain pisang, Program Studi Bioteknologi BINUS University pun telah mengembangkan beberapa produk berbasis eco-enzyme. Eco-enzyme adalah cairan hasil fermentasi sampah organik, seperti kulit buah, dengan gula dan air. Beberapa produk turunan yang dihasilkan, antara lain sabun cuci tangan, semprotan serbaguna, dan deterjen cair alami.
Efektivitas produk turunan eco-enzyme, terutama sifat antibakterinya, telah dianalisis di laboratorium, menunjukkan penghambatan pertumbuhan bakteri seperti Escherichia coli, Staphylococcus aureus, dan Bacillus cereus. Tak
hanya itu, eco-enzyme juga dinilai penting untuk mendukung gerakan zero waste, mengubah sampah menjadi produk bernilai.
Dengan demikian, eco-enzyme adalah langkah konkret dalam mendukung SDGs 13 dan penanganan perubahan iklim. Kontribusi ini sangat selaras dengan semangat empowering dan fostering BINUS University untuk memberikan dampak positif yang nyata bagi masyarakat.